Rahasia Ilmiah di Balik Manfaat Puasa Ramadhan
Saat kita berpuasa, tentunya pola makan mengalami perubahan dibanding hari-hari biasa di luar bulan Ramadan. Alhasil, banyak perubahan terjadi pada tubuh. Mulai dari sistem pencernaan hingga otak.
Karena selama puasa ada pelepasan hormon yang mengganggu cara tubuh
 dalam perubahan makanan menjadi energi, maka mengakibatkan jumlah 
mitokondria dalam neuron otak (yang memberitahu sinyal lapar) akan 
meningkat.
Unik, puasa ternyata memberi beberapa manfaat misterius untuk otak.
 Sebuah studi yang dilakukan National Institute on Aging menunjukkan 
bahwa pengurangan selang waktu makanan dapat melindungi otak dari 
penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.
Peneliti menjelaskan, pembatasan diet dapat merangsang produksi 
neuron baru dari sel induk (neurogenesis) dan dapat meningkatkan 
plastisitas sinaptik, yang dapat meningkatkan kemampuan otak untuk 
melawan penuaan dan memulihkan cedera fungsi lanjutan.
Oleh karena itu, meningkatkan interval waktu antara waktu makan 
dapat bermanfaat bagi otak, bahkan ketika jumlah makanan meningkat dan 
tak ada penurunan asupan kalori.
Di sisi lain, tingkat gula darah yang rendah selama puasa dapat 
mengunci otak ke dalam tahapan tidur nyenyak. Puasa meningkatkan 
kualitas dan mengintensifkan kedalaman tidur. Hal ini akan berdampak 
baik karena proses perbaikan tubuh dan otak terjadi selama tidur.
Ini sebabnya dua jam tidur selama bulan Ramadan lebih memuaskan dan menyegarkan dibandingkan tidur dalam waktu biasanya. 
Ilmuwan Israel
Banyak orang yang menghindari menyantap karbohidrat di malam hari. 
Namun, ilmuwan Israel yang terinspirasi dari puasa bulan Ramadhan 
memberikan saran yang berbeda.
Satu tim dari Hebrew University, Israel, mengungkap hasil 
penelitian setelah mempelajari diet atau pola makan warga Muslim selama 
bulan Ramadhan.
Dari hasil penelitian terhadap puluhan petugas kepolisian yang 
menjalani puasa Ramadhan atau melakukan diet penurunan berat badan, 
diketahui bahwa menyantap karbohidrat di malam hari justru menurunkan 
risiko diabetes dan serangan jantung.
''Ide ini muncul dari penelitian terhadap masyarakat Muslim selama 
Ramadhan ketika mereka puasa di siang hari dan makan karbohidrat di 
malam hari,'' ujar Profesor Zecharia Madar, kepala ilmuwan di 
Kementerian Pendidikan Israel. 
Dia melakukan penelitian terhadap 78 petugas polisi. Setelah enam 
bulan, para peneliti mengungkapkan adanya tiga hormon yang muncul akibat
 diet itu, yaitu leptin yang merupakan hormon kenyang; ghrelin, hormon 
lapar, dan adiponectin, hormon yang mengaitkan antara obesitas, sindroma
 metabolisme, dan ketahanan insulin. 
Mereka menyimpulkan pola makan selama bulan Ramadhan itu memicu 
perubahan positif dalam tatanan hormon mereka yang menjalani puasa 
Ramadhan. Diet itu akan menurunkan tingkat lapar yang pada akhirnya 
dapat menurunkan berat badan hingga lemak tubuh.
Mereka yang menjalani puasa juga dapat memperbaiki tingkat gula 
darah, kolesterol dalam darah, dan menurunkan peluang peradangan. 
so,jangan ragu2 dalam berpuasa ya sob.....!!!!! 






 
0 komentar:
Posting Komentar